Di dunia pendidikan dasar, istilah “belajar menyenangkan” sering terdengar. Namun, apa arti sebenarnya bagi anak-anak SD? Apakah cukup hanya dengan permainan atau menambahkan lagu-lagu saat belajar?
Sebagai seorang guru SD, saya pernah langsung menanyakan kepada murid-murid saya, “Menurut kalian, seperti apa belajar yang menyenangkan?” Jawaban mereka sungguh membuka mata dan tak terduga.
“Belajar menyenangkan itu kalau gurunya nggak marah-marah terus,” — Damar, kelas 3
“Kalau pelajaran pakai gambar dan bisa mewarnai, aku senang,” — Lala, kelas 2
“Kalau boleh nanya terus dan nggak takut salah,” — Bintang, kelas 4
Dari percakapan sederhana itu, saya menyadari bahwa bagi anak-anak, belajar yang menyenangkan bukan soal alat peraga canggih, tetapi suasana yang tercipta di kelas. Mereka ingin merasa nyaman, aman untuk bertanya, dan dilibatkan secara aktif.
Belajar tidak selalu harus duduk di bangku dengan buku terbuka. Misalnya, mengamati tanaman sambil berjalan di halaman sekolah atau mempelajari konsep “volume” dengan gelas dan botol bisa menjadi pengalaman belajar yang berkesan.
Guru SD memang menghadapi tantangan besar: materi banyak, waktu terbatas, dan jumlah siswa yang banyak. Namun, tetap bisa kreatif tanpa harus ribet. Menambahkan unsur kejutan kecil—seperti tebak-tebakan, stiker bintang, tantangan kelompok, atau sesi tanya-jawab di akhir pelajaran—cukup untuk membuat suasana menyenangkan.
Perlu diingat, menyenangkan bukan berarti bermain-main. Justru, anak-anak yang senang belajar akan lebih mudah memahami dan mengingat materi karena mereka terlibat secara emosional.
Jika pendidikan dasar ingin memiliki fondasi yang kuat, anak-anak harus belajar mencintai proses belajar sejak dini. Dan kuncinya adalah membuat belajar terasa menyenangkan—dengan cara anak-anak, bukan hanya versi orang dewasa.
Mari mulai sekarang, tanyakan pada anak-anak kita:
“Kamu suka belajar yang seperti apa?”
Jawaban sederhana mereka mungkin menyimpan rahasia tentang metode belajar paling efektif.

Komentar
comments powered by Disqus